Kamis, 28 Oktober 2010

Asah Terus Bakat Seni Anak


Orangtua menjadi kunci utama dalam upaya mengasah dan memupuk bakat anak. Sebab, bakat yang dimiliki anak berpotensi membantu si buah hati menjalani kehidupannya kelak.

Setiap individu yang dilahirkan memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda. Ada anak yang berbakat dalam hal seni, menulis, olahraga, dan lain sebagainya. Dalam hal ini peranan orangtua dalam memupuk bakat anak sejak usia dini agar berkembang secara optimal adalah sangat penting karena dengan memiliki jiwa seni yang tinggi, misalnya anak menjadi lebih cerdas dan kelak akan bermanfaat bagi pengembangan kehidupan si anak di masa depannya.

Saat ini anggapan bahwa tingkat kecerdasan anak hanya diukur dari kemampuan mengerjakan soal matematika atau pelajaran eksakta dibanding pelajaran lainnya atau disebut intelligence quotient (IQ) sudah ketinggalan zaman. Tingkat intelektualitas juga diukur dari tingkat spiritualitas (spiritual quotient/SQ) dan emosionalnya (emotional quotient/EQ).

Dan bakat seni merupakan upaya untuk meningkatkan sisi SQ dan EQ anak. Memang, harus disadari bahwa seorang anak mempunyai tingkat kecerdasan dan bakat, serta minat yang berbeda-beda. Bahkan kemampuan itu tidak sama seperti bakat yang dimiliki orang tuanya. Karena itu, orangtua yang suka memaksa agar anaknya menjadi anak yang dicita-citakan orangtuanya, tanpa peduli dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki si buah hati merupakan perlakuan yang salah.

Contohlah apa yang dilakukan Mudo,30th dan Mursiti, 25th. Anaknya, Azzahro Helmia Rizqulloh, 4th, sejak kecil sudah hobi bermain komputer dan belajar, termasuk mengaji dan menghafal. Bahkan, saat duduk di bangku TK, sering maju ke depan kelas tanpa disuruh gurunya untuk mengekspresikan bakatnya. 

“Saya ajarkan dia bermain komputer yang benar, belajar juga sama ibunya. Dia juga saya ikutkan Taman Pendidikan Al-Qur'an juga Games Pendidikan,” tuturnya bangga.

Kini, sudah sekitar beberapa piala dan piagam penghargaan sudah menghiasi rumah mereka. Tidak hanya itu, zahro juga termasuk anak yang cerdas. Meskipun bakat seninya menonjol, namun kemampuan pelajaran akademis lainnya juga jago.

Mursiti mengaku, dirinya tidak mau memaksakan kehendak pribadi akan seperti apa anaknya kelak dewasa nanti. “Terserah dia mau jadi apa, yang terpenting memberikan yang terbaik,” tandasnya.

Saat menekuni dunia komputer, Mudo (papanya) mengemukakan banyak dampak positif yang diterima anaknya tersebut. Di antaranya lebih kreatif, bebas berekspresi, makin peka, dan menumbuhkan kepercayaan diri. Karena kemampuannya itu juga, Zahro juga mendapatkan teman yang banyak dan tidak bermasalah di pergaulannya.

by : Mudo, S.Kom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar